SUARA INDONESIA, PROBOLINGGO - Halaqah Fikih Peradaban II bakal digelar di Ponpes Putri Raudlatul Muta'allimien Kelurahan/Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, pada Jumat (22/12/2023) besok.
Kegiatan Nahdlatul Ulama ini mengusung tema “Ijtihad Ulama NU dalam Bidang Sosial-Politik”.
Pengasuh Pesantren Putri Raudlatul Muta'allimien, Nyai Hj Nur Hudana, mengatakan sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia yang menaungi banyak umat, NU memiliki tanggung jawab untuk senantiasa menjaga keutuhan dan kebersamaan.
Sikap-sikap NU selama ini, menurutnya selalu bertujuan untuk menjaga kondusifitas dan stabilitas ulama dan umat, berakar dari tradisi keilmuan yang kuat.
Penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal negara, kata Ning Dana, sapaannya. Hal ini diputuskan melalui Munas Alim Ulama tahun 1983 dan dipatenkan dalam Muktamar NU tahun 1984.
"Penerimaan dan pengamalan Pancasila, bunyi hasil Munas tahun 1983 Situbondo, itu merupakan perwujudan dari upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syariat agamanya. Maka NU bukan sekedar menerima Pancasila, namun juga mewajibkan mengamalkan Pancasila sebagai wujud pengamalan syariat," jelas Ning Dana, Kamis (21/12/2023).
Oleh sebab itu, sambungnya, Halaqah Fikih Kebangsaan yang akan digelar, akan membahas seputar dasar normatif pemikiran ulama NU dalam sosial politik, membahas Fiqh Siyasah ulama NU dan rekontruksi pemikiran ulama NU dalam Khittah NU 1984.
"Selain itu, juga akan dibahas aktivisme ulama NU di bawah partai Nahdlatul Ulama, politik NU pasca Reformasi dan tantangan sosial politik di masa mendatang. Tak kalah penting juga pembahasan seputar politik ulama NU dalam menyongsong Abad ke-2 Nahdlatul Ulama dan Indonesia Emas 2045," ungkapnya.
Pada Halaqah Fikih Peradaban tersebut, akan hadir sebagai pembicara yakni Wakil Ketua Lakpesdam PBNU Hasanuddin Ali, Pengurus Pusat RMI NU KH Ulun Nuha da. Dosen Komunikasi Politik Unuja Probolinggo KH. Abd. Aziz.
Sedangkan peserta, akan diikuti oleh para Gus dan Ning pengasuh pesantren, santri dan masyarakat umum.
Menurut Ning Dana, kegiatan tersebut bertujuan memperkuat silaturrahmi antar pengasuh pesantren dan warga Nahdliyin, untuk merumuskan tentang bagaimana peranan NU, dalam bidang sosial politik di era yang semakin kompleks.
"Hal ini juga demi meningkatkan gairah akademis dan kajian turats di kalangan pesantren dalam berjihad untuk kemaslahatan umat dan warga Nahdliyin," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lutfi Hidayat |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi