SUARA INDONESIA JAWA TIMUR

Pengamat Ungkap Prediksi Dinamika Politik di Sumenep jika Achmad Fauzi-Imam Hasyim Menang di Pilkada 2024

Wildan Mukhlishah Sy - 31 July 2024 | 10:07 - Dibaca 1.35k kali
Politik Pengamat Ungkap Prediksi Dinamika Politik di Sumenep jika Achmad Fauzi-Imam Hasyim Menang di Pilkada 2024
Achmad Fauzi Wongsojudo dan KH Imam Hasyim, saat menerima rekomendasi dari DPD PDIP Jawa Timur. Foto: Istimewa.

SUARA INDONESIA, SUMENEP- Seorang pengamat politik Kabupaten Sumenep Wildan Rosaili mengungkapkan sejumlah prediksi dinamika politik, jika Achmad Fauzi Wongsojudo dan KH. Imam Hasyim menang dalam Pilkada 2024.

Seperti diketahui, Achmad Fauzi-Imam Hasyim telah menerima surat rekomendasi dari PDIP untuk berduet di Pilkada 2024.

Hal itu, memunculkan anggapan bahwa pasangan bakal calon bupati dan wakil bupati tersebut, bakal menjadi calon tunggal.

Wildan menjelaskan, jika memang nantinya terjadi calon tunggal, maka dinamika politik lokal bisa diamati dalam empat variabel.

"Apakah calon tunggal ini, kekuatannya bisa dilihat dalam empat hal. Pertama adalah kekuatan elite politik," jelasnya.

Selanjutnya, kekuatan modal dan ongkos politik yang membuat orang takut bersaing, karena tidak memiliki modal yang cukup untuk menyaingi Incumbent.

Ketiga, yakni prestasi yang diraih oleh incumbent dalam hal ini Achmad Fauzi, selama dirinya memimpin Kabupaten Sumenep. Terakhir, kepercayaan publik yang berkaitan dengan survei-survei.

Kata dia, jika dari keempat hal itu lebih dominan pada nomor satu dan dua, maka potensi dinamika politik Sumenep ke depan akan dikuasai oleh elite politik.

"Jadi ini bukan kedaulatan rakyat lagi, tapi kedaulatan elit dan pemilik modal murni," jelasnya.

Namun, jika calon tunggal lebih karena prestasi, maka Wildan menganggap itu merupakan hal yang positif.

"Partai atau calon lain yang merasa tidak punya ide, tidak punya prestasi khawatir tidak mampu memberikan ide briliannya. Maka dengan menangnya Fauzi, ini potensi menjadikan Sumenep lebih baik," ucapnya.

Dia menambahkan, jika Fauzi menjadi calon tunggal karena surveynya mutlak 70 persen. Maka tidak akan ada partai atau calon lain, yang berani melawan, karena sudah dapat dipastikan petahana memenangkan kontestasi politik.

Karena, jika survei elektabilitas Achmad Fauzi di atas 50 persen, maka masyarakat harus menyadari bahwa di bawah kepemimpinannya Sumenep sudah bagus.

Kendati begitu, hingga saat ini, lanjut Wildan, dirinya masih belum mengetahui berapa persen survei elektabilitas Achmad Fauzi.

"Tapi, kalau ternyata survei elektabilitas masih di bawah 50 persen dan menjadi calon tunggal. Maka Sumenep berada dalam kekuasaan elite dan investor politik," imbuhnya.

Lebih jauh, dirinya memaparkan dampak yang didapatkan masyarakat, jika Sumenep dikuasai oleh elite politik, yakni berharap bahwa elite-elite yang berkuasa memiliki kelapangan hati untuk membangun Sumenep. Pasalnya, demokrasi dibangun berdasarkan suara atau aspirasi publik.

Sebetulnya, menurut Wildan, demokrasi ketika dipimpin oleh elite yang benar-benar perhatian pada masyarakat dan pembangunan di Sumenep. Hal itu, menjadi sesuatu yang positif.

Namun, jika elite hanya mementingkan golongan, maka masyarakat akan sulit untuk menyuarakan aspirasi yang dimiliki.

"Kita tunggu saja kebaikan dan kebijakan mereka untuk membangun Sumenep," tutupnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Wildan Mukhlishah Sy
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya