SUARA INDONESIA JAWA TIMUR

Sarapan di Tingkat Petani Minim jadi Alasan Bulog Banyuwangi Harus Impor Beras 

Muhammad Nurul Yaqin - 23 February 2024 | 14:02 - Dibaca 1.09k kali
Ekbis Sarapan di Tingkat Petani Minim jadi Alasan Bulog Banyuwangi Harus Impor Beras 
Beras Impor dari Thailand masuk di Gudang Bulog Banyuwangi. (Foto: Istimewa).

SUARA INDONESIA, BANYUWANGI - Stok beras di Gudang Bulog Banyuwangi masih tersedia sekitar 8,5 ribu ton. Jumlah tersebut cukup untuk stok lima bulan mendatang.

Dari ribuan ton beras yang tersedia di Gudang Bulog Banyuwangi itu, ternyata didominasi oleh beras impor.

Pimpinan Cabang Bulog Banyuwangi Harisun menjelaskan kenapa stok beras Bulog dikuasai beras impor.

Alasannya, karena serapan gabah maupun beras di tingkat petani sangat minim. 

Sepanjang 2023, Harisun berucap, Bulog hanya bisa menyerap 11 persen atau 6,5 ribu ton beras dari petani. Serapan tersebut jauh dari target.

“Serapan tahun kemarin hanya tercapai 11 persen, kurang lebih 6.500 ton dari target 50 ribu ton beras,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (23/2/2024). 

Sebelumnya Bulog juga berstatemen jika petani enggan menjual gabah dan berasnya lantaran harga pembelian pemerintah (HPP) yang seringkali berada di bawah harga pasar.

Kendati demikian, Bulog Banyuwangi selalu siap menyerap berapapun gabah dan beras dari petani. Terlebih saat ini, Bulog telah memiliki sarana penggilingan padi yang canggih.

Selain itu, faktor lain yang jadi pemicu minimnya serapan gabah dan beras di tahun lalu lantaran fenomena El Nino, kekeringan yang berdampak pada mundurnya musim panen.

“Kita tetap optimis, semoga tahun ini kembali normal. Agar petani bisa menikmati harga pangan yang cukup terjangkau,” ungkapnya.

Di awal tahun 2024 ini, Bulog Banyuwangi juga belum melakukan penyerapan gabah dan beras dari petani karena belum ada panen raya.

Sekadar informasi, sejak tahun 2023 Bulog Banyuwangi telah beberapa kali kedatangan beras impor dari Vietnam dan Thailand. Totalnya mencapai puluhan ribu ton.

Terbaru, di awal tahun 2024, Bulog Banyuwangi kembali digerojok beras impor dari Thailand sebanyak 15 ribu ton.

Beras impor ini tidak hanya didistribusikan di Banyuwangi saja, melainkan di beberapa daerah yang mengalami defisit beras seperti Bali, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Selain untuk menjaga ketahanan pangan, beras impor juga disebarluaskan ke masyarakat untuk menstabilkan harga beras yang saat ini harganya masih tergolong tinggi.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya