SUARA INDONESIA, JOMBANG – Memperingati Bulan Gus Dur, Inayah Wulandari Wahid atau Inayah Wahid, berziarah ke makam sang ayah, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, di kompleks pemakaman Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng Jombang, Minggu (7/12/2023).
Putri Presiden ke-4 RI itu juga berziarah ke pusara kakek buyutnya, KH Hasyim Asy’ari, tokoh pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Saat ziarah di makam Gus Dur, Inayah Wahid didampingi Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin, serta Plt Kepala Museum dan Cagar Budaya (MCB), Ahmad Mahendra, juga komunitas lintas etnis dan agama.
“Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Museum Islam Indonesia Hasyim Asy'ari (Minha) Tebuireng. Dengan acara-acara seperti ini, sangat membantu," terangnya.
Inayah berharap, warisan pemikiran KH Hasyim Asy'ari atau Mbah Hasyim dan Gus Dur tetap bisa disebarkan. Menurutnya, pemikiran Gus Dur yang relevan saat ini untuk disebarkan adalah warisan etika demokrasi.
Tema mengingat kembali etika demokrasi Gus Dur, juga merupakan tema yang dipakai pada Haul Gus Dur di Ciganjur, Jakarta.
"Gus Dur sempat membuat tulisan tentang bagaimana kondisi yang seolah-olah demokrasi, seolah-olah konstitusional, seolah-olah taat hukum, seolah-olah kita ini sebenarnya bebas, tapi apakah betul kondisinya seperti itu?" bebernya.
Inayah menuturkan, hal itu yang dipertanyakan Gus Dur era 90-an di bawah rezim Orde Baru. Pemikiran itu, kata dia, kayaknya sangat relevan untuk dipertanyakan hari ini. “Apakah hari ini demokrasi yang kita dapatkan memang betul-betul demokrasi atau hanya seolah-olah demokrasi," ucapnya.
Terkait rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Minha Tebuireng, Inayah mewakili keluarga Gus Dur menyampaikan terima kasih kepada pihak penyelenggara, juga pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
"Kami merasa itu satu jalan dengan keinginan kami. Harapan kami, supaya bukan hanya masalah haulnya, bukan masalah hanya didoakan saja, tapi juga bagaimana warisan-warisan pemikiran Gus Dur, warisan-warisan pemikiran Mbah Hasyim tetap bisa disebarkan," pungkasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Gono Dwi Santoso |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi