SUARA INDONESIA JAWA TIMUR

Warga Kedungputri Ngawi Protes, Minta Pabrik Tahu yang Cemari Lingkungan Ditutup

Ari Hermawan - 29 April 2024 | 19:04 - Dibaca 586 kali
News Warga Kedungputri Ngawi Protes, Minta Pabrik Tahu yang Cemari Lingkungan Ditutup
Warga Desa Kedungputri protes limbah pabrik tahu karena mencemari lingkungan. (Foto: Ari Hermawan/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, NGAWI - Puluhan warga mendatangi kantor desa memprotes keberadaan Pabrik Tahu. Sebab, Limbah Pabrik Tahu yang berada di Dusun Krajan, Desa Kedungputri, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, dinilai telah mencemari lingkungan.

Pri, perwakilan warga setempat meminta agar pabrik ditutup. Kata dia, limbah yang dibuang ke sungai menyebabkan bau tak sedap yang menyengat sehingga mengganggu pernapasan warga lingkungan.

"Industri ini telah mencemari lingkungan, harus ditutup. Silakan beroperasi kembali asal limbah pabrik dibuang sesuai aturan. Sebelum adanya jatuh korban akibat menghirup bau limbah yang dibuang di Sungai Ketonggo ini," tegas kata Pri, Senin (29/4/2024).

Pri menambahkan, sebelumnya ia bersama warga lain sudah musyawarah dan memberi saran terhadap pemilik industri agar tak membuang limbah di sungai. Namun kata Pri, pemilik Pabrik tak mengindahkan saran itu.

"Sudah berulang kali kita kasih saran, tapi tak diindahkan. Kita juga prihatin apabila jatuh korban lalu pemilik pabrik itu berurusan dengan hukum, bagaimanapun pemilik pabrik ini kan tetangga kita. Sebagai rukun tetangga (RT), maka kami beri saran," ujar Pri ketua RT setempat.

Sementara, Kepala Desa Kedungputri Tri Wahyudiono di hadapan puluhan warga siap melakukan audiensi agar Pabrik Tahu tidak mencemari lingkungan. Dalam aksi itu, Triwahyundiono mempertemukan pemilik pabrik dengan warga didampingi pemangku wilayah setempat serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Ngawi.

"Sudah ada solusi, sementara pabrik tahu ditutup. Boleh beroperasi kalau sudah ada ijin dari DLH, artinya jika sudah memenuhi syarat operasi yang diatur oleh negara, pabrik itu boleh buka lagi," katanya.

Triwahyudiono tak menampik, jika keberadaan Pabrik Tahu di wilayahnya memang mencemari lingkungan. Kendati begitu, ia juga merasa dilema sebab pabrik itu mampu menciptakan lapangan kerja bagi warganya.

"Ada 6 pekerja, semua warga kami. Tapi ini aturan, harus dipatuhi. Maka tadi juga dihadirkan Dinas Kesehatan bagaimana bahaya dampak dari limbah itu. Mudah-mudahan segera dilengkapi izinnya dan aturan pengolahan limbah diikuti, sehingga pabrik itu bisa segera beroperasi kembali," terangnya.

Terpisah, pemilik Pabrik Tahu, Anam saat dikonfirmasi awak media menyanggupi untuk menutup sementara operasi Pabrik Tahu yang mampu memproduksi 3 kuintal Tahu dalam sehari itu. Ia juga menyampaikan permintaan maaf kepada warga soal limbah yang dibuang di Sungai.

Ia pun mengakui, pabrik yang sudah berjalan beroperasi 2 tahun limbah yang dihasilkan dari memproduksi Tahu tersebut dibuang ke Sungai Ketonggo.

"Limbah memang mengalir ke sungai, kalau sungai itu ada airnya tidak berbau, karena sungai ini kering jadi limbah itu mengeluarkan bau. Untuk sementara pabrik tutup, tadi sudah dijelaskan oleh DLH, nanti akan saya bangun tempat pengelolaan limbah," paparnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Ari Hermawan
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV